PEMBIBITAN KELAPA SAWIT
Pembibitan merupakan
awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman dilapangan.
Karena begitu pentingnya pembibitan ini maka dalam memilih lokasi untuk
pembibitan memerlukan perhatian seperti :
Ø Dekat dengan sumber
air, tersedia air sepanjang tahun dan tidak kebanjiran pada saat musim hujan
Ø
Dekat
dari pengawasan dan mudah dikunjungi
Ø
Tidak
jauh dari areal yang akan ditanami
Ø Areal sebaiknya datar
Luas areal pembibitan tergantung dengan
rencana tanam, jika
rencana tanam 3000 Ha maka diperlukan areal pembibitan :
a. Pembibitan Utama : 60 Ha
b. Pembibitan Awal : 2 Ha
Untuk
menghitung kebutuhan bibit per hektar tanam dilapangan adalah populasi
per hektar ditambah 30 %, jika populasi per ha 143pk maka bibit yang
dibutuhkan :
143 + 43 = 186 bibit dibulatkan 200
bibit untuk keperluan sisip
Sampai saat ini bibit kelapa sawit
berasal dari biji yaitu hasil perkawinan buatan dari induk yang terpilih.
Secara genetis tiap bibit memiliki pertumbuhan dan produksi yang
berbeda,sehingga seleksi bibit mutlak diperlukan.
Dipembibitan akan dijumpai bibit –
bibit yang pertumbuhannya tidak normal,baik akibat genetis maupun karena
kesalahan kultur teknis. Selanjutnya apabila bibit – bibit tidak normal
tersebut ditanam kelapangan , maka akan diperoleh tanaman yang sama sekali
tidak berbuah atau berproduksi sangat rendah ( 25 – 30 ) % dari tanaman normal.
Pembibitan ( MAIN NURSERY )
A.
Persiapan Pembibitan Utama
Pembibitan
utama (Main Nursery) merupakan tahap kedua dari sistem pembibitan double stage
yang berlangsung 6 - 9 bulan. Keberhasilan rencana penanaman dan produksi
ditentukan oleh pelaksanaan pembibitan utama dan kualitas bibit yang
dihasilkan. Persyaratan lokasi pembibitan utama antara lain :
1. Dekat dengan sumber air.
2. Mudah diawasi.
3. Bebas dari gangguan hewan ternak atau liar.
4. Dekat dengan lokasi yang akan ditanami.
5. Dekat dengan lokasi pengambilan tanah top soil.
6. Tersedianya tenaga kerja.
1. Dekat dengan sumber air.
2. Mudah diawasi.
3. Bebas dari gangguan hewan ternak atau liar.
4. Dekat dengan lokasi yang akan ditanami.
5. Dekat dengan lokasi pengambilan tanah top soil.
6. Tersedianya tenaga kerja.
1.
Luas,
lay out, dan pancang
Satu hektar pembibitan main
nursery dapat menyediakan bibit untuk sekitar 50 – 60 hektar lahan
penanaman. Setelah area diratakan menggunakan alat berat, sekaligus untuk
mengambil topsoil, tentukan dan buat
jaringan jalan, parit, dan saluran pembuangan air ( darinase ). Buat lay out petak atau bedengan memanjang
dengan arah timur ke barat. Ukuran panjang dan lebarnya di sesuaikan dengan
kondisi lapangan dan jaringan irigasinya.
2.
Jaringan
irigasi
Jaringan irigasi diperlukan sebagi sarana pengairan untuk
menyiram bibit di main nursery. Alat
dan bahan untuk sistem penyiraman harus sudah terpasang dan siap pakai
sebelum penanaman. Instalasi penyiraman
di main nursery sebagai berikut.
a. Secara manual, air dihisap dari
sungai menggunakan pompa air dan di alirkan ke lokasi pembibitan melalui pipa
dan selang.
b. Sprinkler
menggunakan pipa induk, pipa utama, dan pipa
distribusi. Pipa induk berukuran 6 inchi. Pipa ini di pasang dari rumah pompa
menuju ke pipa utama yang besarnya 4 inchi. Pipa utama di lengkapi valve yang menuju pipa distribusi yang
diameternya 2 inchi.
c. setiap sambungan di lengkapi stand
pipes 0,75 inchi yang di pasang berdiri dan ujungnya dilengkapi dengan nozzle yang memencarkan air secara
berputar.
d. Setiap pipa distribusi memiliki 8 –
10 sprinkler yang berjarak 9 – 18 meter. Untuk 8 hektar pembibitan diperlukan
30 sprinkler dan dua jalur pipa distribusi.
e. Kebutuhan air sekitar 75 m³/ha/hari,
efisiensi 30 – 40% dengan pompa air berdaya pancar 45 psi ( 3,6 kg/cm² ).
Kekuatan pompa 18 – 20 horse power
f. ( HP )
untuk 8 hektar pembibitan.
3.
Penyiapan
polibag
Polibag yang digunakan sebaiknya berwarna hitam ( 100%
carbon black ) dengan panjang 42 cm,lebar 33 cm atau berdeameter 23 cm, dan
tebal 0,15 cm. polibag diberi lubang berdeameter 0,5 cm sebannya dua baris.
Jarak anatar lubang 7,5 x 7,5 cm.
Media
tanam bibit menggunakan topsoil yang
memiliki struktur remah atau gembur. Jika terpaksa, gunakan topsoil yang berupa tanah liat.
Namun, media tersebut perlu dicampur
pasir kasar dengan perbandingan 3:2. Polibag diisi media tanam hingga penuh
(sekitar 16 kg), lalu hentakan tiga kali agar media tanam memadat. Pengisia
polibag harus selesai dikerjakan dalam waktu 2 minggu sebelum pemindahan dari pre nursery.
B.
Penanaman
Pembibitan utama ini perlu
menyediakan tempat tanamnya berupa polybag, yakni kantong plastik berwarna
hitam dengan ukuran lebar 37 - 40 cm, panjang 50 cm, dan tebal 0,02 cm.
Penanaman dilakukan dengan mengelompokkan sesuai jenis atau varietas bibit.
Tanda khusus berupa plakat diberikan untuk memudahkan pengenalan jenis tanaman
di setiap cluster. Jarak tanam berukuran 90 x 90 x 90 cm dengan estimasi satu
hektar ditempatkan 10.000 - 12.000 bibit.
Media tanam yang digunakan pada pembibitan utama adalah topsoilyang memiliki struktur remah dan gembur. Polybag diisi dengan media tanam hingga penuh dan padat. Pemindahan tanaman dari pembibitan awal ke pembibitan utama dengan cara membuat lubang di polybag seukuran dengan diameter polybag pre nursery. Kemudian sobek polybag pre nursery menggunakan pisau secara hati-hati dari bawah ke atas agar mudah dilepas dan media tidak sampai terikut.
Media tanam yang digunakan pada pembibitan utama adalah topsoilyang memiliki struktur remah dan gembur. Polybag diisi dengan media tanam hingga penuh dan padat. Pemindahan tanaman dari pembibitan awal ke pembibitan utama dengan cara membuat lubang di polybag seukuran dengan diameter polybag pre nursery. Kemudian sobek polybag pre nursery menggunakan pisau secara hati-hati dari bawah ke atas agar mudah dilepas dan media tidak sampai terikut.
C.
Pemeliharaan
1.
Penyiraman
Kebutuhan air pada pembibitan utama sekitar 2 liter/hari/polybag. Kebutuhan tersebut berdasarkan standar curah hujan 12,5 mm/hari atau 125 m³ air/ha. Bibit disiram dua kali sehari, yakni pada pagi dan sore hari. Penyiraman menggunakan selang berkepala gembor (springkler). Jika curah hujan lebih besar dari 9 mm/hari, penyiraman tidak perlu dilakukan.
Kebutuhan air pada pembibitan utama sekitar 2 liter/hari/polybag. Kebutuhan tersebut berdasarkan standar curah hujan 12,5 mm/hari atau 125 m³ air/ha. Bibit disiram dua kali sehari, yakni pada pagi dan sore hari. Penyiraman menggunakan selang berkepala gembor (springkler). Jika curah hujan lebih besar dari 9 mm/hari, penyiraman tidak perlu dilakukan.
2.
Penyiangan
Penyiangan saat pembibitan utama dilakukan di sekitar polybag dan di dalam polybag. Penyiangan dilakukan secara manual, yakni dengan cara mencabut gulma menggunakan tangan dengan rotasi 2 minggu sekali.
Penyiangan saat pembibitan utama dilakukan di sekitar polybag dan di dalam polybag. Penyiangan dilakukan secara manual, yakni dengan cara mencabut gulma menggunakan tangan dengan rotasi 2 minggu sekali.
3.
Pemberian Mulsa
Pemberian mulsa dilakukan dengan meletakkan sisa tanaman atau cangkang kelapa sawit di sekeliling bibit setelah bibit berumur dua bulan dengan ketebalan 1 - 2 cm. Tujuannya adalah untuk mengurangi penguapan air dan pupuk serta mengendalikan pertumbuhan gulma di polybag.
Pemberian mulsa dilakukan dengan meletakkan sisa tanaman atau cangkang kelapa sawit di sekeliling bibit setelah bibit berumur dua bulan dengan ketebalan 1 - 2 cm. Tujuannya adalah untuk mengurangi penguapan air dan pupuk serta mengendalikan pertumbuhan gulma di polybag.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama pada saat pembibitan utama diantaranya kumbang apogonia, belalang, ulat api, keong, dan tikus. Pengendalian kumbang apogonia, belalang, dan ulat api dilakukan dengan menyemprotkan pestisida Sevin 0,15% (1,5 gram/liter air). Keong dan tikus masing-masing dapat diberantas dengan manual (menggunakan tangan) dan racun tikus.
Penyakit yang sering dijumpai pada pembibitan utama yaitu Anthracnosa dan Curvularia. Bibit yang terserang Anthracnosa memiliki gejala seperti daun mengering dari ujung ke tepi. Pengendaliannya, menggunakan fungisida Mancozeb 0,1% (1 gram/liter air) dengan rotasi penyemprotan dua kali seminggu. Curvularia memiliki gejala penyakit berupa bintik-bintik kuning di tengah daun. Bintik tersebut meluas dan berubah warna menjadi cokelat. Pengendaliannya dilakukan dengan cara manual dan kimiawi. Cara manual dengan memotong daun yang sakit dan membakarnya, sedangkan kimiawi dengan menyemprotkan fungisida Kaptafol 0,2% (2 gram/liter air) dengan rotasi dua minggu sekali.
Hama pada saat pembibitan utama diantaranya kumbang apogonia, belalang, ulat api, keong, dan tikus. Pengendalian kumbang apogonia, belalang, dan ulat api dilakukan dengan menyemprotkan pestisida Sevin 0,15% (1,5 gram/liter air). Keong dan tikus masing-masing dapat diberantas dengan manual (menggunakan tangan) dan racun tikus.
Penyakit yang sering dijumpai pada pembibitan utama yaitu Anthracnosa dan Curvularia. Bibit yang terserang Anthracnosa memiliki gejala seperti daun mengering dari ujung ke tepi. Pengendaliannya, menggunakan fungisida Mancozeb 0,1% (1 gram/liter air) dengan rotasi penyemprotan dua kali seminggu. Curvularia memiliki gejala penyakit berupa bintik-bintik kuning di tengah daun. Bintik tersebut meluas dan berubah warna menjadi cokelat. Pengendaliannya dilakukan dengan cara manual dan kimiawi. Cara manual dengan memotong daun yang sakit dan membakarnya, sedangkan kimiawi dengan menyemprotkan fungisida Kaptafol 0,2% (2 gram/liter air) dengan rotasi dua minggu sekali.
5.Pemupukan
Pupuk yang digunakan pada pembibitan utama adalah pupuk majemuk N-P-K-Mg (15-15-6-4) hingga berumur sekitar lima bulan. Selanjutnya diberi pupuk N-P-K-Mg (12-12-17-2).
Pupuk yang digunakan pada pembibitan utama adalah pupuk majemuk N-P-K-Mg (15-15-6-4) hingga berumur sekitar lima bulan. Selanjutnya diberi pupuk N-P-K-Mg (12-12-17-2).
Umur
(minggu
ke-)
|
Pupuk
N-P-K-Mg
(15-15-6-4)
|
Pupuk
N-P-K-Mg
(
12-12-17-2 )
|
kieserite
|
14
|
02,5
|
||
15
|
02,5
|
||
16
|
05,0
|
||
17
|
05,5
|
||
18
|
07,5
|
||
20
|
07,5
|
||
22
|
10,0
|
||
24
|
10,0
|
||
26
|
10,0
|
||
28
|
10,0
|
05,0
|
|
30
|
10,0
|
||
32
|
10,0
|
05,0
|
|
34
|
15,0
|
||
36
|
15,0
|
07,5
|
|
38
|
15,0
|
||
40
|
15,0
|
07,5
|
|
42
|
20,0
|
||
44
|
20,0
|
10,0
|
|
46
|
20,0
|
||
48
|
20,0
|
10,0
|
|
50
|
25,0
|
||
52
|
25,0
|
10,0
|
Tabel 3. Rekomondasi pemupupukan bibit tanaman kelapa sawit di main nursery
( gram per bibit ).
Berikut ini kebutuhan pupuk untuk
satu hektar main nursery dengan
jumlah sekitar 11.000 bibit.
-Pupuk majemuk ( 15-15-6-4 ) :
50 gr x 11.000 = 550 kg/ha
-pupuk majemuk ( 12-12-17-2 ) : 230 gr x 11.000 =
2.530 kg/ha
-pupuk kieserite :
55 gr x 11.000 = 605 kg/ha
D.
Jenis Kelapa
Sawit
Berdasarkan ketebalan
cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai
berikut : ) Dura, memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan
rendemen minyak 15-17 %, 2) Tenera, memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm),
daging buah tebal, dan rendemen minyak 21-23%, 3) Pesifera, memiliki cangkang
sangat tipis, daging buah tebal, biji kecil dan rendemen minyak tinggi 23-25%,
tandan buah hampir selalu gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang
dihasilkan sedikit.
E.
Seleksi Bibit
seleksi
di main nursery dilakukan dalam empat
tahap sebagi berikut :
1. setelah
bibit di pindahkan dari pre nursery.
2. Setelah
bibit berumur empat bulan.
3. Setelah
bibit berumur delapan bulan.
4. Saat
di pindahkan kelapangan.
Ciri
– ciri tidak normal dan harus disingkirkan sebagi berikut :
1. bibit ayang memanjang kaku ( errectic ), tinggi melebihi rata-rata, dan daunya kaku.
2. Bibit yang permukaannya rata ( flat ) dan daun muda lebih pendek.
3. Bibit yang merunduk ( limp ).
4. Bibit yang daunya tidak membelah ( fused leaflet ).
5. Anak daun pendek ( short leaflet ), sempit, dan selalu
menggulung.
Proses
seleksi hanya dilakukan pada tanaman abnormal yang disebabkan oleh faktor
genetik, bukan akibat kultur teknis. Kesalahan penanaman saat pindah tanam dari
pembibitan awal ke pembibitan utama, sebagai berikut :
- Bibit yang ditanam terlalu dangkal sehingga pertumbuhan tanaman akan menggantung dan mudah rebah.
- Penyiraman kurang merata atau terlalu deras sehingga pertumbuhan menjadi tidak seragam.
- Kesalahan dalam pemberian pupuk, dosis yang melebihi atau kurang dari dosis yang dianjurkan.
- Jarak tanam terlalu dekat sehingga terjadi persaingan antar tanaman untuk memperoleh sinar matahari.
Bibit yang mengalami perbedaan akibat faktor genetik (tanaman steril), cirinya antara lain memiliki anakan yang tidak membelah, serta tumbuh meninggi dan kaku. Sementara itu, ciri-ciri bibit abnormal diantaranya bibit memanjang melebihi rata-rata, bibit kaku, bibit bermahkota rata, bibit yang daunnya terkulai atau merunduk, dan bibit yang daunnya tidak membelah.
Setelah diseleksi bibit siap untuk ditanam di lapangan. Sekitar 15 - 20 hari sebelum ditanam perlu dilakukan pemutusan akar-akar bibit yang telah menembus polybag. Penyiraman dilakukan setiap hari setelah proses pemutusan akar hingga pengangkutan bibit untuk menjaga kondisi bibit agar tetap baik dan terhindar dari kekeringan.
- Bibit yang ditanam terlalu dangkal sehingga pertumbuhan tanaman akan menggantung dan mudah rebah.
- Penyiraman kurang merata atau terlalu deras sehingga pertumbuhan menjadi tidak seragam.
- Kesalahan dalam pemberian pupuk, dosis yang melebihi atau kurang dari dosis yang dianjurkan.
- Jarak tanam terlalu dekat sehingga terjadi persaingan antar tanaman untuk memperoleh sinar matahari.
Bibit yang mengalami perbedaan akibat faktor genetik (tanaman steril), cirinya antara lain memiliki anakan yang tidak membelah, serta tumbuh meninggi dan kaku. Sementara itu, ciri-ciri bibit abnormal diantaranya bibit memanjang melebihi rata-rata, bibit kaku, bibit bermahkota rata, bibit yang daunnya terkulai atau merunduk, dan bibit yang daunnya tidak membelah.
Setelah diseleksi bibit siap untuk ditanam di lapangan. Sekitar 15 - 20 hari sebelum ditanam perlu dilakukan pemutusan akar-akar bibit yang telah menembus polybag. Penyiraman dilakukan setiap hari setelah proses pemutusan akar hingga pengangkutan bibit untuk menjaga kondisi bibit agar tetap baik dan terhindar dari kekeringan.
F.
Pengangkutan bibit
Pengakutan
bibit harus dapat menjamin bibit tidak rusak dan tidak layu karena terkena
panas atau angin kencang. Proses pengangkutan bibit dari lokasi pembibitan main nursery ke lokasi penanaman dapat
berjalan efisien melalui pembagian tugas. Pekerjaan berikut ini seharusnya di
bebankan kepada tenaga kerja yang terpisah.
1. Memuat bibit ke dalam truk.
2. Membongkar dan menurunkan bibit dari
truk ke tempat yang telah di tentukan di lapangan.
3. Mengangkut bibit ke ajir tanaman.
EmoticonEmoticon